Maret 2018 - Randy Lorena Candra

25 Maret 2018

Tentang Sebuah Keyakinan
21.520 Comments

Aku lupa, kapan waktu pertama kali aku di daulat sebagai pelatih bagi adik-adik yang akan berkompetisi debat di Pekanbaru. Yang jelas, setiap kali ada event perdebatan aku selalu diminta untuk minimal memberi motivasi dan berbagi pengalaman kepada mereka. Dan beberapa kali diberi kesempatan untuk meraih gelar, namun pernah pula sama sekali tak bisa berbuat banyak. Gugur pada pertandingan pertama tapi aku sangat menikmati prosesnya.

Dalam beberapa kali kesempatan tersebut, aku coba mencari pola tentang sebuah keyakinan. Menurutku setiap orang di setiap masa punya cara berbeda untuk yakin dan percaya pada dirinya. Setiap orang di setiap masa punya tingkat keyakinan berbeda yang tak bisa dipaksakan. Bahkan jika mendatangkan Mario Teguh sekalipun untuk memotivasi tetap saja keyakinan seseorang tak bisa dipaksakan.

Dua hari belakangan, aku melatih dua tim debat yang akan bertanding selasa nanti. Jujur saja sebenarnya kemampuan mereka belum terlalu baik, namun aku tetap saja yakin masih ada kesempatan untuk mereka asal mereka bisa mengeluarkan penampilan terbaik. Namun disela sesi diskusi, aku menanyakan tentang bagaimana perasaan mereka sebelum bertanding. Mereka dengan lantang menjawab bahwa mereka tidak yakin, mereka tidak percaya diri. Menurutku ketidakyakinan ini wajar, karena ini merupakan event pertama mereka di Provinsi dan mereka semua masih muda, masih berada pada tingkat pertama di sekolah. Aku coba memberi motivasi, aku sampaikan bagaimana selama ini aku selalu meyakinkan diriku sendiri. Namun tetap saja mereka belum yakin, mereka tidak yakin pada dirinya sendiri.

Sebenarnya sederhana, kenapa seseorang tak yakin karena dia tidak menikmati bidang yang sedang dia geluti. Jika dinikmati, tak akan ada tekanan yang muncul. Selama ini, cara itu yang selalu aku pakai. Aku selalu menikmati setiap proses dan akhirnya aku bisa yakin dan percaya diri bahkan tak jarang keyakinanku hampir mendekati sombong. Tapi tak mengapa, itulah caraku agar yakin pada diriku sendiri. Cara ini sempat aku terapkan untuk adik-adik yang dilatih tahun lalu pada ajang Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) dan alhamdulillah membuahkan hasil. Tim yang aku latih berhasil menjadi juara 2 di Provinsi Riau hanya kalah tipis dari Tim Hebat SMAN 1 Pekanbaru. Bahkan lebih hebatnya lagi salah satu pembicara dari Tim ku masuk dalam perwakilan Riau untuk Indonesia. Aku tak sepenuhnya yakin bahwa hasil ini berkat cara melatihku, tapi aku selalu sampaikan pada mereka bahwa ketika kita yakin, lawan menjadi tidak ada apa-apanya.

Cara yang sama coba aku terapkan untuk tim saat ini, namun belum bekerja dengan baik. Aku masih berusaha untuk mencari sebuah pola bagaimana untuk menimbulkan keyakinan mereka. Walaupun aku tau keyakinan tak bisa dipaksa. Tapi aku tetap yakin bahwa akan ada cara yang berhasil aku temukan untuk minimal memaksa mereka untuk tampil dengan maksimal.

Semangat Bertanding, Adik-adik SMAN 1 Bangko





Read more

24 Maret 2018

Terpesona oleh Dar
13.210 Comments
Dalam 2 hari belakangan aku seperti dibangunkan dari tidur panjang selama ini. Aku disadarkan untuk kembali mulai menulis. Mengaktifkan kembali blog pribadi yang walaupun tidak ada pengunjngnya tapi disinilah aku bisa bebas berkarya dan bercerita semaunya.

Berkat Raditya Dika lewat buku Ubur-Ubur Lembur dan Fiersa Besari lewat buku Garis Waktu yang tengah aku baca 2 hari kebelakang aku akhirnya memutuskan untuk kembali menulis dan bercerita. Ku awali dengan merapikan seluruh tulisan dan mengganti template di blog pribadiku.

Setelah aku merasa cukup puas (red : masih jauh dari kata puas), akhirnya aku memutuskan untuk memulai tulisan pertamaku setelah sekian lama. Ini juga merupakan tulisan pertamaku di tahun 2018. Sangat kesulitan rasanya untuk menemukan ide mengenai tulisan apa yang aku buat. Otakku sepertinya terbiasa dengan pola kemalasannya untuk berfikir setelah lama dibiarkan tidak bekerja.

Keinginan menulis yang menggebu akhirnya terlaksana juga. Walau sedikit susah menemukan ide.akhirnya kuputuskan untuk bercerita tentang seorang gadis mempesona. Sejak awal ingin sekali rasanya aku bercerita tentang orang baru yang mulai hadir dalam ceritaku beberapa hari belakangan. Kupanggil wanita ini dengan sebutan Dar. Bukan tanpa alasan, aku berharap suatu hari ini saat waktunya tepat maka akan kutambahkan ling di nama panggilannya sehingga aku bisa memanggilnya Darling.

Jika diminta untuk menceritakan mengapa aku bisa terpesona dengannya, akupun bingung harus menjawab apa. Tak ada alasan khusus. Bahkan sebelumnya aku tak pernah sekalipun terlibat komunikasi dengan wanita ini. Namun jujur saja, setiap melihat wajahnya seperti begitu indah duniaku ini rasanya. Semua masalah yang ada seperti sejenak menghilang. Dia begitu membuatku candu.

Jika dibandingkan dengan wanita lain, mungkin banyak yang lebih baik, lebih cantik dan lebih dalam segala hal dibanding dia. Tapi entah mengapa aku terpesona. Semakin aku berfikir bahwa rasa ini hanya euforia semata maka akan semakin bertambah rasa canduku akannya. Aku bingung harus menyebut ini apa. Entah rasa apa yang sedang aku rasakan kini. Yang jelas aku senang untuk terus terpesona dengannya. Aku senang untuk terus menjadi korban dari candunya.

Teruntuk kamu, dar. Suatu hari nanti aku ingin kau tahu bahwa tanpa sadar kau berhasil membuatku terpesona. Tanpa melakukan banyak aksi nyata, tanpa banyak bercerita bahkan tak pula pernah kita bercengkrama. Tapi kauh berhasil membuat aku terpesona. Sangat terpesona. Teruslah mempesona, Dar.

Dengan penuh rasa,
Pengagummu




Read more