2013 - Randy Lorena Candra

27 Desember 2013

Hidup itu Pilihan, Benarkah?
05.520 Comments
Syukur kepada Allah, terimakasih atas kesempatan hidup yang masih diberikan. Terimakasih telah mengizinkan hidung ini untuk tetap menghirup oksigen. Tanpa terasa kini saya telah berada di penghujung semester pertama saya berada di dunia perkuliahan.

Mengutip dari berbagai literatur, banyak motivator handal yang mengatakan bahwa hidup adalah pilihan, jika ingin sukses buatlah pilihan yang tepat. Sedikit menelisik apakah kata-kata ini cocok untuk kehidupan saya. Berikut beberapa fakta dan kejadian yang membuat saya tidak yakin dengan ungkapan ini.

  1. Bicara soal hidup, kita semua memulai kehidupan pertama kali sejak kita lahir sebagai bayi. Nah ketika bayi apakah kita bisa memilih? waktu itu saya diberi nama Randy LORENA Candra. Jika memang hidup itu pilihan maka saya rasanya ingin memilih nama lain, namun waktu itu saya tak punya kesempatan untuk memilih. Saya juga tidak bisa memilih warna kulit waktu itu, saya terlahir dengan kulit berwarna gelap.
  2. Waktu SMA ketika penjurusan saya pernah berkonsultasi dengan guru BP dan mengatakan bahwa saya ingin memilih IPS, namun sekolah menetapkan saya untuk berada di kelas IPA, padahal saya sangat tertarik dengan Sosiologi dan Bahasa Inggris.
  3. Setelah lulus SMA saya memilih dan memutuskan untuk menjadi seorang pengajar, namun lagi-lagi saya tidak bisa menggapai pilihan itu. saya harus rela berada di Perikanan saat ini.

Masih benarkah kalau hidup itu pilihan? semua kembali lagi ke diri sendiri.



Read more

7 September 2013

Lahir dalam Keluarga Cinta Kebersihan
21.190 Comments

Hidup adalah perjalanan sang waktu. Banyak peristiwa telah terjadi dan waktu lah yang selalu menjadi saksi abadi. Lewat tulisan sederhana ini, saya mencoba mengulang kembali bagaimana perjalanan hidup saya dari waktu ke waktu hingga menempuh jenjang Pendidikan Tinggi sampai saat ini.

Nama saya Randy Lorena Candra dan biasa dipanggil Randy. Nama tengah saya terselip nama sebuah bus angkutan kota, tapi bukan berarti saya lahir di dalam bus yang namanya sama dengan nama tengah saya, saya juga sempat bingung dan marah kenapa nama saya aneh seperti itu. Suatu saat saya pernah bertanya pada orangtua saya mengenai asal-usul nama saya dan dengan entengnya Ibu saya menjawab ‘Mamak juga tak tau, itu oom yang buat nama’ . Berhubung saya sangat penasaran saya pun lanjut bertanya pada om saya kenapa nama saya seperti itu dan saya akhirnya mendapatkan jawabannya ‘ Gak ada alasan khusus, Om senang dengar kata lorena jadi om buat deh dalam nama kamu’ . Sempat kesal dengan alasan yang sangat tidak istimewa tersebut, namun lama-kelamaan saya mulai bisa menerima kenyataan pahit lahir dengan nama yang terbilang aneh. Namun sekarang saya merasa bangga punya nama seperti itu, bukan karena busnya semakin terkenal melainkan karena belakangan saya tahu bahwa orang-orang yang lulus dari Universitas di Kairo mendapat gelar L,c maka sejak kelas X di sekolah menengah atas saya hanya menulis nama dengan Randy L,c berharap ada orang yang menganggap saya adalah lulusan Kairo (Ngarep,red).  

Saya adalah anak kedua dari 3 bersaudara yang dilahirkan oleh Bapak Hakim Gunawan dan Ibu Erni Haryanti. Saya lahir pada 19 Maret 1995 sekitar 18 Tahun yang lalu di Bagansiapiapi, ibukota Kabupaten Rokan Hilir. Ayah saya adalah seorang Petugas Kebersihan Pasar tepatnya bagian pemotong rumput. Dan Ibu saya juga seorang petugas kebersihan pasar di bagian menyapu jalanan. Saya bangga dengan profesi kedua orangtua saya yang cinta kebersihan. Ayah saya lahir di Teluk Pulau, Rokan Hilir pada tanggal 20 Agustus 1970 dan Ibu saya lahir di kota Dumai pada tanggal 23 September 1973. Saya mempunyai seorang kakak perempuan bernama Windy Syafitri. Kakak saya lahir di Bagansiapiapi, 12 Januari 1992 dan saat ini sudah berkeluarga. Dan saya punya seorang adik laki-laki bernama Tyo Atmaja Fri Septi lahir pada tanggal 14 September 2002 dan sekarang sedang duduk di kelas V sekolah Dasar. 


Read more

11 Juni 2013

Tuhan, Aku ingin Punya Laptop
04.360 Comments

Dinginnya embun bersambut teriknya mentari serta pesona bulan di kala malam telah menegaskan begitu dahsyatnya ciptaan tuhan. Namun terkadang manusia tak pernah menyadari arti keindahan itu. 
Seperti aku, anak kedua dari 3 bersaudara yang terlahir dari keluarga miskin yang tak pernah merasakan keindahan hidup. Aku adalah seorang siswa sekolah menengah atas di salah satu sekolah favorit di daerahku. Kemajuan teknologi telah membuat banyak perubahan di dunia termasuk system belajar di sekolahku. Pada awalnya kegiatanku di sekolah berjalan seperti biasa, namun lama kelamaan semuanya seakan berubah. 

Ketika sudah memasuki semester genap di tingkat pertama sekolahku, banyak tugas yang diberikan guru. Sebagai seorang pelajar, tugas tentunya tak akan menjadi masalah buat ku. Namun sebagian besar dari tugas itu adalah tugas yang mengharuskan kami membuat power point yang tentunya memerlukan computer atau laptop. Ya, seperti yang telah ku jelaskan di aawal, aku hanyalah seorang anak miskin, jangankan laptop atau computer untuk makan sehari-hari saja kami harus bekerja dulu. Tapi semua keterbatasan yang ada tak akan menghalangiku mengejar cita-citaku. Aku terus berusaha sebisa mungkin. Tugas yang diberikan adalah sebuah kewajiban bagi seorang pelajar. Jadi satu-satunya cara bagiku untuk mengerjakan tugas yang ada adalah dengan mengerjakannya di warnet. Resikonya adalah aku harus mengeluarkan banyak rupiah sebagai bayaran kepada penjaga warnet. Keadaan seperti ini berlangsung lama. Dan aku tidak pernah menyerah dalam menyelesaikan semua kewajiban kami sebagai pejuang ilmu.

Tibalah pada suatu saat, dimana saat itu kami telah di tetapkan naik ke tingkat dua dalam proses belajar-mengaja­r, dan pada hari itu kami sedang menunggu hasil pembagian kelas. Setelah beberapa lama kami menunngu ternyata aku di terima di kelas IPA 1 dari 4 kelas IPA yang ada. Sebelum pembagian kelas ini aku sudah memasang niat, dimanapun aku di tempatkan aku harus belajar lebih giat. 

Awalnya aku merasa tidak ada yang berubah. Namun setelah beberapa bulan belajar, kami kembali disibukkan dengan berbagai macam tugas yang lagi-lagi berbentuk power point. Hal ini seakan menjadi pukulan telak bagiku. Saat itu keadaan ekonomi keluargaku sedang mengalami masalah, dan aku sendiripun tidak punya rupiah untuk ke warnet seperti yang kulakukan di tingkat pertama. Tugas itu adalah tugas bahasa inggris dimana gurunya memberikan waktu 2 minggu untuk menyelesaikanny­a . Beberapa hari aku berfikir keras untuk mencari cara bagaimana aku menyelesaikan tugas tersebut.

Suatu malam aku berdoa kepada Allah di iringi tangisan kecil,? Ya allah mudahkan aku dalam mengerjakan tugas ini, sebagai seorang hambamu yang penuh dengan keterbatasan aku hanya memohon 1 permintaan sederhana ya allah, AKU INGIN PUNYA LAPTOP”.

Setelah beberapa hari dan atas bantuan Allah, akhirnya aku menemukan cara untuk menyelesaikan tugas. Aku membuang perasaan malu yang ada, aku memberanikan diri untuk meminjam laptop dengan temanku. Temanku ini bernama Yoga, Yoga termasuk siswa yang cukup malas di kelasku, awalnya yoga tidak mau meminjamkan. Namun dengan sedikit rayuan bahwa aku akan mengerjakan tugasnya sekalian, diapun akhirnya mau meminjamkan. 

Aku pun akhirnya bias menyelesaikan tugas yang ada. Dan satu hal yang penting adalah aku punya alternative baru untuk menutupi keterbatasanku dalam mengerjakan tugas. selang bebrapa minggu tugas-tugas kembali datang menghampiri. Dan aku selalu memakai cara yang sama dalam mengerjakannya,­ yaitu meminjam laptop temanku dengan konsekuensi harus mengerjakan tugasnya. Ini berlangsung sampai aku naik ke tingkat terakhir di sekolahku.

Ketika masuk di tingkat 3, sebuah PT perminyakan Indonesia mengadakan program Darmasiswa dimana program ini adalah program pencarian siswa berprestasi untuk diberikan bantuan berupa sebuah laptop dan biaya perkuliahan. Aku sangat bersemangat ketika mendengar berita ini. Aku sangat ingin meraih keinginan sederhanaku yaitu punya Laptop. Namun banyak seleksi yang harus dijalani, aku harus ,menjalani beberapa tes. Namun karena aku termasuk salah satu siswa yang cerdas dan aktif, akhirnya aku dan 2 orang temanku dipilih sebagai perwakilan dari sekolahku. Selanjutnya kami bertiga harus mengikuti beberapa tes lagi.

Setelah menjalani berbagai tes, akhirnya tibalah pengumuman pemberian beasiswa oleh panitia. Dan ternyata aku masuk golongan ke empat dengan total bantuan 8,5 juta per tahun. Aku sangat bahagia sekali menerima hal ini, bukan karena besranya uang yang aku dapatkan melainkan karena aku berhasil meraih keinginan sederhanaku yaitu memiliki sebuah LAPTOP.



Read more