Indonesia adalah sebuah bangsa yang
penuh dengan keanekaragaman di berbagai bidang. Keanekaragaman tersebut ulai
dari suku, ras, agama, budaya dan sebagainya. Sebagai bangsa yang besar kita
seharusnya bisa menghargai perbedaan tersebut dan menerima bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang bersifat Pluralisme.
Keberagaman tidak hanya terjadi pada
manusia, namun juga terjadi pada IKAN. Berdasarkan ilmu Ikhtiologi, di bumi ini
terdapat sekitar 40.000 spesies ikan dan khusus di Riau terdapat lebih dari 300
spesies ikan, dimana masing-masing ikan ini memiliki perbedaan yang sangat
khas.
Berbicara masalah ikan, saya tertarik
untuk membahas 2 jenis ikan yaitu Ikan Mas dan Ikan Lele. Karena jika kita
teliti kedua ikan ini, kita bisa mengambil pelajaran yang sangat hebat.
Pertama, Ikan Mas (Cyprinus carpio), ikan yang meiliki penambilan bagus,
biasa hidup di air yang bersih. Selain bisa di konsumsi ikan ini juga bagus
untuk jadi ikan hias. Jika di analogi kan ke manusia, ikan ini adalah jenis
ikan yang tergolong kaum Elit.
Kedua, Ikan Lele (Clarias Batrachus), ikan yang berwarna gelap, biasa hidup
di air yang kotor. Tidak pernah dijadikan ikan hias, hanya sering di konsumsi.
Jika di analogikan ke manusia maka bisa dikatakan ikan ini adalah golongan
miskin.
Semua orang pasti lebih ingin menjadi
ikan mas daripada ikan Lele. Namun ada nilai Filosofi yang sangat dalam dari
kedua ikan ini.
Ikan mas biasa hidup di air bersih,
jika sekali saja ikan mas dimasukkan ke dalam air kotor maka ikan mas tersebut
akan mati. Berbeda dengan Lele, sekotor apapun airnya dia masih bisa bertahan
hidup. Artinya Ikan Lele memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik. Jadi
initinya orang miskin bisa menghadapi masalah dengan lebih sabar daripada orang
kaya. Dan kemampuan adaptasi orang miskin jauh lebih hebat dibanding orang
kaya. Orang miskin bisa bersifat Fleksibel dengan lingkungan.
Jadi sesungguhnya, PENAMPILAN dan
TEMPAT HIDUP tidaklah penting. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani
hidup ini dengan selalu bersyukur. Karena pada dasarnya BUKAN BAHAGIA YANG
MEMBUAT KITA BERSYUKUR, TAPI BERSYUKUR YANG BISA MEMBUAT KITA BAHAGIA.