2022 - Randy Lorena Candra

7 Maret 2022

Hidup bukan Pilihan Ganda
08.560 Comments
Katanya, semakin banyak membaca maka semakin baik kualitas tulisan. Terus terang, aku tidak terlalu suka membaca namun aku tetap ingin menulis, terserah entah itu bagus atau tidak, untukmu yang sedang membacanya. Harapanku sederhana, tulisan ini bisa memberikan perspektif baru dalam menjalankan keseharian.

Aku menyukai komedi, terutama stand up comedy, dalam teori dasar yang sering ku dengar dari beberapa komika terkenal melalui kanal youtube, materi yang baik adalah materi yang berasal dari keresahan dan kejujuran. Lewat tulisan ini, aku coba untuk menyampaikan 'materiku' yang berasal dari keresahan dan kejujuran, tapi ini bukan tulisan komedi, jadi jangan mencari lucunya.

Bagi yang mungkin belum begitu mengenalku, atau bahkan baru saja mampir ke blog ini, izinkan aku recap sedikit fase hidupku, bahwa dulu pasca kuliah aku memutuskan untuk menjadi relawan pengajar di daerah terpencil yang pendidikannya masih butuh perhatian. Sejujurnya, aku tak begitu yakin bahwa kehadiranku disana mampu membawa perubahan, justru pengalaman 12 purnama, hidup dan menetap bersama masyarakat disana, membuat aku bisa paham caranya menikmati hidup dengan sederhana. Sesederhana melihat anak kecil makan mie instan tanpa dimasak, seolah mereka sedang menyantap makanan paling lezat di dunia, terutama ketika akhir-akhir saat yang tersisa hanya micin. Ngawur.

Poinnya bukan tentang itu, Poinnya tentang kenapa aku memilih jalan itu? Aku sering cerita bahwa menjadi guru adalah mimpi masa kecilku, yap tentu itu benar. Tapi alasan utamanya justru bukan itu. Alasan utamanya karena aku tidak punya pilihan - saat itu. Saat dimana aku belum tau, akan jadi apa aku ini.

Singkat cerita, setahun berlalu, setahun yang membentuk, yang membuat aku mulai tahu arah. Mulai meyakini bahwa di setiap aktivitas yang aku lakukan, aku mesti berdampak walaupun kecil. Lalu tanpa sengaja aku melihat lowongan, di sebuah startup yang hingga kini aku masih bekerja disini.  Sesuai statement di awal, bahwa aku tidak suka membaca, tanpa membaca dan mencari tahu detailnya, aku putuskan untuk mendaftar, mengikuti semua rangkaian prosesnya dan aku diterima untuk tetap bisa berdampak lewat startup ini. Apa mungkin sedang tidak ada pilihan lain. Tapi aku pastikan, mereka tidak menyesal memilih aku, wkwk - jumawa.

Desember 2020, sekitar 9 bulan pasca bekerja secara profesional, aku membuat keputusan besar dalam hidup memberanikan diri untuk menikah dengan perempuan yang aku pilih. Bukan orang baru, dia adalah perempuan yang tanda cintanya sudah aku tangkap saat kami masih sama-sama menjadi relawan di daerah terpencil. Pernikahan bermodal nekat, bahkan sangat nekat. Orangtuaku bukanlah orang kaya. Aku sendiri tidak punya tabungan masa lalu, hanya bermodalkan gaji yang dikumpulkan selama 9 bulan bekerja lalu berani ingin menambah tanggungjawab menafkahi perempuan lain. Bahkan karena alasan financial, aku tidak mampu memboyong kedua orangtuaku utk hadir di pernikahanku. Bocah gendeng - gak masuk akal blas kalau kata orang Jawa. 
Tapi siapa sangka, ketika diniatkan, semua berjalan saja tanpa hambatan. Sampai saat ini aku masih berfikir, kenapa istriku mau menerimaku, mungkin jawabannya karena dia tidak punya pilihan - saat itu.

Kisaran April 2021, pertama kali kami mengetahui bahwa kejantananku teruji. Istriku diberi kesempatan untuk menjalankan peran terberat sebagai seorang perempuan, mengandung dan dan nanti melahirkan ditambah harus tetap mengurusi suami yang menyebalkan. Sungguh kasian sekali dia, tapi dia kuat. 

Oktober 2021, aku diberi kesempatan untuk mengemban tanggungjawab lebih besar ditempat kerja, dengan konsekuensi bahwa aku harus menjalankan tugas dan menetap di tanah Borneo.  Hasil bertapa dan diskusi dengan istri serta keluarga, mengarahkan aku untuk mengambil kesempatan tersebut. Jadilah istriku mengandung tanpa pendampingan komprehensif dari suaminya. 

31  Januari 2022, jagoanku lahir. Ku beri nama Fatih Zafran Al Qarni. Sebuah nama yang penuh pengharapan. Saat tulisan ini publish, umurnya sudah 39 hari. Kalau kata orang masih lucu-lucunya, tapi sudah harus ditinggal oleh ayahnya karena bertugas ditempat yang jauh. Lagi dan lagi istriku harus menjadi ibu tanpa pendampingan detail dari suami, anakku juga nanti akan tumbuh jauh dari dekapan sang ayah. Rasanya sedih. Sangat sedih. 

Sebagai seorang suami dan ayah, dilema sering muncul, niat untuk menyerah dengan jarak sering juga muncul, dalam hati seringkali berfikir, lebih baik aku meninggalkan amanah ini demi dekat dengan istri dan anak, setiap kali niat itu aku lontarkan ke istriku, dia selalu menyemangati dan membuat aku yakin bahwa keputusan ini adalah keputusan yang mesti terus diyakini. 

Pesan istriku selalu terngiang : 

Ayah, 
Kita hanya perlu berdamai dengan hidup,
Kita hanya perlu meyakini bahwa ini semua campur tangan Tuhan
Tuhan ciptakan dunia ini sangat luas dan rinci, jangan persempit fikiran ayah 
Di banyak situasi mungkin kita perlu membuat pilihan,
Tapi tidak semua hal mewajibkan kita memilih yang 1 lalu meninggalkan yang lainnya
Ayah tidak usah menyulitkan posisi ayah dan memaksa untuk memilih 1 dari 2 pilihan
Menjadi ayah dan suami yang baik 
atau 
menjadi karyawan yang baik

Justru ayah mesti berdamai dengan keduanya, bahwa keduanya saling berkaitan
Menjadi karyawan yang baik adalah refleksi bahwa ayah adalah ayah dan suami yang baik,
Pun begitu sebaliknya, menjadi ayah dan suami yang baik
bisa ayah tunjukkan dengan menjadi karyawan yang baik,

Tidak semua hal ini mewajibkan kita memilih
Hidup bukan Pilihan ganda, dimana kita wajib memilih satu dari sekian pilihan
Ayah cukup meyakini bahwa jika tiba saatnya nanti 
akan ada jalan baru yang Tuhan kasi untuk membuat kita semakin yakin akan kebesarannya.

Pesan itu betul-betul membekas dalam hidupku, walaupun aku tau, pasti ada situasi dimana dia merasa perlu aku bersamanya. Tapi tak sekalipun ia tunjukkan itu, demi menjaga agar aku bisa fokus dengan tanggungjawabku. Pesannya membuat aku sadar, bahwa hidup memang tak selalu pilihan ganda. Ada saatnya kita harus memilih, ada saatnya kita harus mengambil keputusan tanpa ada pilihan dan ada saatnya kita harus mengambil semua pilihan yang disediakan lalu berdamai dan percayakan pada Tuhan.

Malam ini, lewat tulisan ini, aku hanya ingin sampaikan rasa syukur memiliki istri yang tidak pernah sekalipun memaksa aku untuk memilih. Lewat tulisan ini juga aku hanya ingin sampaikan bahwa aku disini Rindu pada Kalian. Istri dan Anakku.

Selamat Terlelap,
Istriku Aulia dan Anakku Zafran,








Read more