Tuhan, Aku ingin Punya Laptop - Randy Lorena Candra

11 Juni 2013

Tuhan, Aku ingin Punya Laptop


Dinginnya embun bersambut teriknya mentari serta pesona bulan di kala malam telah menegaskan begitu dahsyatnya ciptaan tuhan. Namun terkadang manusia tak pernah menyadari arti keindahan itu. 
Seperti aku, anak kedua dari 3 bersaudara yang terlahir dari keluarga miskin yang tak pernah merasakan keindahan hidup. Aku adalah seorang siswa sekolah menengah atas di salah satu sekolah favorit di daerahku. Kemajuan teknologi telah membuat banyak perubahan di dunia termasuk system belajar di sekolahku. Pada awalnya kegiatanku di sekolah berjalan seperti biasa, namun lama kelamaan semuanya seakan berubah. 

Ketika sudah memasuki semester genap di tingkat pertama sekolahku, banyak tugas yang diberikan guru. Sebagai seorang pelajar, tugas tentunya tak akan menjadi masalah buat ku. Namun sebagian besar dari tugas itu adalah tugas yang mengharuskan kami membuat power point yang tentunya memerlukan computer atau laptop. Ya, seperti yang telah ku jelaskan di aawal, aku hanyalah seorang anak miskin, jangankan laptop atau computer untuk makan sehari-hari saja kami harus bekerja dulu. Tapi semua keterbatasan yang ada tak akan menghalangiku mengejar cita-citaku. Aku terus berusaha sebisa mungkin. Tugas yang diberikan adalah sebuah kewajiban bagi seorang pelajar. Jadi satu-satunya cara bagiku untuk mengerjakan tugas yang ada adalah dengan mengerjakannya di warnet. Resikonya adalah aku harus mengeluarkan banyak rupiah sebagai bayaran kepada penjaga warnet. Keadaan seperti ini berlangsung lama. Dan aku tidak pernah menyerah dalam menyelesaikan semua kewajiban kami sebagai pejuang ilmu.

Tibalah pada suatu saat, dimana saat itu kami telah di tetapkan naik ke tingkat dua dalam proses belajar-mengaja­r, dan pada hari itu kami sedang menunggu hasil pembagian kelas. Setelah beberapa lama kami menunngu ternyata aku di terima di kelas IPA 1 dari 4 kelas IPA yang ada. Sebelum pembagian kelas ini aku sudah memasang niat, dimanapun aku di tempatkan aku harus belajar lebih giat. 

Awalnya aku merasa tidak ada yang berubah. Namun setelah beberapa bulan belajar, kami kembali disibukkan dengan berbagai macam tugas yang lagi-lagi berbentuk power point. Hal ini seakan menjadi pukulan telak bagiku. Saat itu keadaan ekonomi keluargaku sedang mengalami masalah, dan aku sendiripun tidak punya rupiah untuk ke warnet seperti yang kulakukan di tingkat pertama. Tugas itu adalah tugas bahasa inggris dimana gurunya memberikan waktu 2 minggu untuk menyelesaikanny­a . Beberapa hari aku berfikir keras untuk mencari cara bagaimana aku menyelesaikan tugas tersebut.

Suatu malam aku berdoa kepada Allah di iringi tangisan kecil,? Ya allah mudahkan aku dalam mengerjakan tugas ini, sebagai seorang hambamu yang penuh dengan keterbatasan aku hanya memohon 1 permintaan sederhana ya allah, AKU INGIN PUNYA LAPTOP”.

Setelah beberapa hari dan atas bantuan Allah, akhirnya aku menemukan cara untuk menyelesaikan tugas. Aku membuang perasaan malu yang ada, aku memberanikan diri untuk meminjam laptop dengan temanku. Temanku ini bernama Yoga, Yoga termasuk siswa yang cukup malas di kelasku, awalnya yoga tidak mau meminjamkan. Namun dengan sedikit rayuan bahwa aku akan mengerjakan tugasnya sekalian, diapun akhirnya mau meminjamkan. 

Aku pun akhirnya bias menyelesaikan tugas yang ada. Dan satu hal yang penting adalah aku punya alternative baru untuk menutupi keterbatasanku dalam mengerjakan tugas. selang bebrapa minggu tugas-tugas kembali datang menghampiri. Dan aku selalu memakai cara yang sama dalam mengerjakannya,­ yaitu meminjam laptop temanku dengan konsekuensi harus mengerjakan tugasnya. Ini berlangsung sampai aku naik ke tingkat terakhir di sekolahku.

Ketika masuk di tingkat 3, sebuah PT perminyakan Indonesia mengadakan program Darmasiswa dimana program ini adalah program pencarian siswa berprestasi untuk diberikan bantuan berupa sebuah laptop dan biaya perkuliahan. Aku sangat bersemangat ketika mendengar berita ini. Aku sangat ingin meraih keinginan sederhanaku yaitu punya Laptop. Namun banyak seleksi yang harus dijalani, aku harus ,menjalani beberapa tes. Namun karena aku termasuk salah satu siswa yang cerdas dan aktif, akhirnya aku dan 2 orang temanku dipilih sebagai perwakilan dari sekolahku. Selanjutnya kami bertiga harus mengikuti beberapa tes lagi.

Setelah menjalani berbagai tes, akhirnya tibalah pengumuman pemberian beasiswa oleh panitia. Dan ternyata aku masuk golongan ke empat dengan total bantuan 8,5 juta per tahun. Aku sangat bahagia sekali menerima hal ini, bukan karena besranya uang yang aku dapatkan melainkan karena aku berhasil meraih keinginan sederhanaku yaitu memiliki sebuah LAPTOP.



Tidak ada komentar: