Dinginnya embun bersambut teriknya
mentari serta pesona bulan di kala malam telah menegaskan begitu dahsyatnya
ciptaan tuhan. Namun terkadang manusia tak pernah menyadari arti keindahan itu.
Seperti aku, anak kedua dari 3
bersaudara yang terlahir dari keluarga miskin yang tak pernah merasakan
keindahan hidup. Aku adalah seorang siswa sekolah menengah atas di salah satu
sekolah favorit di daerahku. Kemajuan teknologi telah membuat banyak perubahan
di dunia termasuk system belajar di sekolahku. Pada awalnya kegiatanku di
sekolah berjalan seperti biasa, namun lama kelamaan semuanya seakan berubah.
Ketika sudah memasuki semester genap di
tingkat pertama sekolahku, banyak tugas yang diberikan guru. Sebagai seorang
pelajar, tugas tentunya tak akan menjadi masalah buat ku. Namun sebagian besar
dari tugas itu adalah tugas yang mengharuskan kami membuat power point yang
tentunya memerlukan computer atau laptop. Ya, seperti yang telah ku jelaskan di
aawal, aku hanyalah seorang anak miskin, jangankan laptop atau computer untuk
makan sehari-hari saja kami harus bekerja dulu. Tapi semua keterbatasan yang
ada tak akan menghalangiku mengejar cita-citaku. Aku terus berusaha sebisa
mungkin. Tugas yang diberikan adalah sebuah kewajiban bagi seorang pelajar.
Jadi satu-satunya cara bagiku untuk mengerjakan tugas yang ada adalah dengan
mengerjakannya di warnet. Resikonya adalah aku harus mengeluarkan banyak rupiah
sebagai bayaran kepada penjaga warnet. Keadaan seperti ini berlangsung lama.
Dan aku tidak pernah menyerah dalam menyelesaikan semua kewajiban kami sebagai
pejuang ilmu.
Tibalah pada suatu saat, dimana saat
itu kami telah di tetapkan naik ke tingkat dua dalam proses belajar-mengajar,
dan pada hari itu kami sedang menunggu hasil pembagian kelas. Setelah beberapa
lama kami menunngu ternyata aku di terima di kelas IPA 1 dari 4 kelas IPA yang
ada. Sebelum pembagian kelas ini aku sudah memasang niat, dimanapun aku di
tempatkan aku harus belajar lebih giat.
Awalnya aku merasa tidak ada yang
berubah. Namun setelah beberapa bulan belajar, kami kembali disibukkan dengan
berbagai macam tugas yang lagi-lagi berbentuk power point. Hal ini seakan
menjadi pukulan telak bagiku. Saat itu keadaan ekonomi keluargaku sedang
mengalami masalah, dan aku sendiripun tidak punya rupiah untuk ke warnet
seperti yang kulakukan di tingkat pertama. Tugas itu adalah tugas bahasa
inggris dimana gurunya memberikan waktu 2 minggu untuk menyelesaikannya .
Beberapa hari aku berfikir keras untuk mencari cara bagaimana aku menyelesaikan
tugas tersebut.
Suatu malam aku berdoa kepada Allah di
iringi tangisan kecil,? Ya allah mudahkan aku dalam mengerjakan tugas ini,
sebagai seorang hambamu yang penuh dengan keterbatasan aku hanya memohon 1 permintaan
sederhana ya allah, AKU INGIN PUNYA LAPTOP”.
Setelah beberapa hari dan atas bantuan
Allah, akhirnya aku menemukan cara untuk menyelesaikan tugas. Aku membuang
perasaan malu yang ada, aku memberanikan diri untuk meminjam laptop dengan
temanku. Temanku ini bernama Yoga, Yoga termasuk siswa yang cukup malas di
kelasku, awalnya yoga tidak mau meminjamkan. Namun dengan sedikit rayuan bahwa
aku akan mengerjakan tugasnya sekalian, diapun akhirnya mau meminjamkan.
Aku pun akhirnya bias menyelesaikan
tugas yang ada. Dan satu hal yang penting adalah aku punya alternative baru
untuk menutupi keterbatasanku dalam mengerjakan tugas. selang bebrapa minggu
tugas-tugas kembali datang menghampiri. Dan aku selalu memakai cara yang sama
dalam mengerjakannya, yaitu meminjam laptop temanku dengan konsekuensi harus
mengerjakan tugasnya. Ini berlangsung sampai aku naik ke tingkat terakhir di
sekolahku.
Ketika masuk di tingkat 3, sebuah PT
perminyakan Indonesia mengadakan program Darmasiswa dimana program ini adalah
program pencarian siswa berprestasi untuk diberikan bantuan berupa sebuah
laptop dan biaya perkuliahan. Aku sangat bersemangat ketika mendengar berita
ini. Aku sangat ingin meraih keinginan sederhanaku yaitu punya Laptop. Namun
banyak seleksi yang harus dijalani, aku harus ,menjalani beberapa tes. Namun
karena aku termasuk salah satu siswa yang cerdas dan aktif, akhirnya aku dan 2
orang temanku dipilih sebagai perwakilan dari sekolahku. Selanjutnya kami
bertiga harus mengikuti beberapa tes lagi.
Setelah menjalani berbagai tes,
akhirnya tibalah pengumuman pemberian beasiswa oleh panitia. Dan ternyata aku
masuk golongan ke empat dengan total bantuan 8,5 juta per tahun. Aku sangat
bahagia sekali menerima hal ini, bukan karena besranya uang yang aku dapatkan
melainkan karena aku berhasil meraih keinginan sederhanaku yaitu memiliki
sebuah LAPTOP.
Tidak ada komentar: