Kalau seandainya sastra tak butuh sistematika dalam menulis
pasti aku juaranya. Aku punya banyak keresahan yang jujur saja sudah mengganggu
fikiran dan hati. Namun semua keresahan itu tak pernah mampu untuk aku susun
menjadi sebuah karya sastra yang bermakna. Aku sering iri dengan mereka yang
bisa dengan mudah menyusun kata-kata menjadi cerita. Setiap kali membaca dan
mengamati tulisan mereka aku sering bertekad untuk bisa seperti mereka. Yang
ada dalam fikiran hanyalah ‘mereka bisa, aku juga pasti bisa’.
Kenyataannya, berkali-kali mencoba aku tetap tak bisa
menyusun sebuah karya sastra dengan sistematika. Aku merasa apa yang aku tulis
selama ini jauh dari kriteria karya sastra. Kata-kata yang aku susun selama ini
hanya sebuah celotehan belaka yang sama sekali jauh dari kriteria sastra. Aku
iri dengan mereka, aku ingin bisa membuat sastra.
Setiap orang pasti punya idola. Percaya atau tidak idola
sedikit banyak akan memperngaruhi perkembangan kita. Raditya dika, salah satu
penulis idola. Punya banyak karya, bisa dibilang dia ahli sastra tapi sama
sekali tak ada pengaruhnya terhadap aku yang sangat mengidolakannya. Aku ingin
membuat sastra. Ingin sekali.
Saat ini, saat dimana aku sedang menyusun kata-kata ini
sebenarnya aku sedang berusaha untuk membuat sastra, tapi rasanya ini sangat
jauh dari kriteria sastra. Entah kenapa aku sulit sekali untuk membuat sebuah
karya sastra. Aneh memang, aku cinta sastra tapi aku tak bisa membuat karya
sastra.
Tapi aku sadar, sekalipun aku sulit untuk membuat sastra
tapi aku tetap punya banyak cerita. Aku ini pemuda Indonesia, sosok kreatif
yang dibutuhkan bangsa. Aku tak boleh berhenti berkarya hanya karena aku tak
bisa membuat sastra. Aku tetap harus berkarya sekalipun itu jauh dari
sistematika. Karena hakikatnya Indonesia tidak butuh mereka yang bisa, tapi
butuh mereka yang berusaha untuk berkarya.

Tidak ada komentar: