Akhirnya Bisa Kuliah - Randy Lorena Candra

10 Agustus 2014

Akhirnya Bisa Kuliah



“Setidaknya dua lembar kertas putih itu telah menjadi saksi bisu bagaimana dulu aku pernah bermimpi untuk kuliah”


Tentang Keluarga


Aku adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara. Aku lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang jauh dari kata cukup dalam hal ekonomi. Bukan bermaksud melebih-lebihkan, tapi memang benar adanya kalau kedua orangtuaku bahkan sulit hanya untuk memberi makan kepada tiga orang anaknya. Sejak kecil aku tinggal berpindah-pindah rumah karena kesulitan ekonomi. Sampai pada akhirnya nenek (Ibu dari Ibuku) memberikan usulan agar kami tinggal di sebuah rumah kecil yang orang lebih sering menyebutnya kedai karena begitu kecilnya. Rumah ini berada tepat di depan rumah nenekku. Dan disinilah aku dibesarkan dan hingga saat ini orangtuaku masih tinggal di rumah itu.


Masuk SD (SDN 001 Bagan Kota)

Bukan bermaksud menceritakan kelemahan orangtua, tapi sejak kecil aku lebih sering berinteraksi dengan nenek bukan karena aku tak bisa menerima keadaan orangtuaku namun terlebih karena neneklah yang selama ini menanggung biaya urusan perutku ketika orangtuaku kesusahan. Namun bagaimanapun orangtuaku telah berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya. Soal pendidikan orangtuaku selalu ingin yang terbaik. Sesusah apapun saat itu, mereka tetap menyekolahkanku di SD yang bisa dibilang tempatnya orang-orang kaya. Hanya golongan tertentu saja yang bisa diterima sekolah disana dan aku menjadi salah satu bagian disana.


Ketika SMP (SMPN 1 Bangko)

Aku adalah seorang anak yang tumbuh dengan berjuta mimpi dikepala, dan sejak kelas 6 SD aku sudah terbiasa menuliskan apa yang ingin aku capai di kertas. Sekalipun mimpi itu rasanya mustahil aku pasti tetap mencatatnya karena aku yakin kalau kita berusaha akan ada jalan untuk mencapai mimpi itu.


Ketika sudah belajar di SMP, aku sering iri dengan teman-temanku yang bisa dibilang jauh lebih kaya dariku. Hal yang paling membuat aku iri adalah saat pertama kali masuk sekolah setelah menikmati libur panjang semester genap. Banyak dari mereka yang menceritakan pengalaman menyenangkan selama liburan ada yang keluar negeri, keluar provinsi, dan sebagainya. Aku hanya bisa mendengar saja, jangankan untuk keluar negeri bahkan ke Ibukota provinsi saja aku belum pernah. Setelah peristiwa itu aku lagi-lagi menuliskan mimpiku ini di selembar kertas 'Aku Ingin ke Pekanbaru'.


Suatu hari Dinas Pendidikan mengadakan Olimpiade Sains Nasional tingkat SMP dan Alhamdulillah waktu itu aku terpilih untuk mewakili sekolah di cabang Fisika. Mungkin karena nilai fisikaku saat itu lebih tinggi dibanding yang lain. Dan tanpa disangka-sangka sebelumnya aku berhasil menjadi juara 2 tingkat kabupatern dan berhak mewakili kabupaten di tingkat provinsi. Dan itulah bagaimana pertama kalinya aku menginjakkan kaki di ibukota provinsi yaitu Pekanbaru tanpa sedikitpun mengeluarkan biaya. Dan itu juga bukti bahwa sesungguhnya Allah pasti mendengar doa kita.

Sejak saat itu aku tercatat beberapa kali pulang pergi Pekanbaru untuk mewakili kabupaten di Berbagai Ajang dan dari sana aku mengenal banyak teman luar biasa. Termasuk Novi- Juara DCR 2013. Orang yang sangat sering aku temui di setiap ajang yang aku ikuti.


Ketika SMA (SMAN 1 Bangko)

Dari kecil hingga SMA aku dikenal sebagai sosok pendiam yang lebih memilih  berkarya dalam diam. Hingga suatu hari ada seorang guru yang menegurku 'Eh randy, ibu lihat kamu lebih banyak diam padahal kamu pintar. Jangan-jangan prestasi kamu selama ini hanya karena kamu mencontek orang lain'. Celetukan itu benar-benar membuat aku tersadar. Aku ingin berubah, aku ingin membuktikan kalau ini adalah hasilku bukan karena orang lain. Aku ingin membuktikan kalau aku juga bisa bicara. Dan saat itu aku bermimpi untuk mewakili sekolah di ajang yang banyak bicaranya. Seperti biasa aku lagi-lagi menulis di selembar kertas 'Aku Ingin mewakili Sekolah di Ajang Debat'. Dan Alhamdulillah lagi-lagi Allah memperkenankan aku untuk ikut debat. Dan kebetulan saat itu sekolahku bisa menjadi juara 2 dalam lomba debat. Dan disanalah aku juga bertemu dengan Aam Endahandoko- 10 Besar Penulis Terbaik se-Indonesia.


Ingin Kuliah

Sejak aku duduk di kelas 2 SMA, aku sudah sering memimpikan bagaimana rasanya bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus nanti. Namun aku sadar bagaimana keadaan orangtuaku, dan aku tak pernah sekalipun menanyakan atau mengatakan tentang keinginanku untuk kuliah ini kepada orangtuaku. Karena hanya akan menambah beban fikiran mereka saja.

Suatu hari sekolah kami tidak mengadakan kegiatan belajar-mengajar efektif karena ada gotong-royong. Ketika sedang beristirahat sejenak aku melihat salah seorang temanku berjalan menuju ruangan majelis guru. Sekedar basa-basi aku menanyakan,

'Mau kemana mel?'

Mau daftar beasiswa ran.

Beasiswa apa? Aku makin penasaran

Beasiswa Chevron.


Aku yang sangat penasaran akhirnya memutuskan untuk ikut. Sampai diruangan majelis guru, aku segera bertanya pada guru yang bersangkutan tentang beasiswa ini. Kenapa aku bisa tidak mendapatkan informasi apa-apa tentang masalah ini. Saat itu kebetulan aku bersama seorang teman yang menjadi juara umum disekolah kami dan dia juga tidak mengetahuinya.


Guru yang ada menjelaskan bahwa beasiswa ini diberikan kepada siswa yang berprestasi dan kurang mampu untuk biaya melanjutkan kuliah. Dan sekolah kita sudah menunjuk tiga orang perwakilan untuk seleksi tingkat kabupaten. Aku tentu saja tidak terima karena kebetulan namaku tidak ada diantara ketiga nama yang ditunjuk. Aku terus saja protes dan menyampaikan rasa tidak terima atas keputusan ini. Hingga aku mengeluarkan satu statement yang saat itu mampu membuat guru tersebut tidak bisa berkata-kata lagi.


Ibu guru yang terhormat, beasiswa ini ditujukan untuk mereka yang berprestasi dan kurang mampu. Saya melihat dari ketiga orang ini memang saya akui mereka berprestasi namun tidak bisa dikategorikan sebagai siswa kurang mampu bu. Kalaupun seandainya prestasi yang menjadi tolak ukur toh kenapa teman saya yang juara umum ini tidak terpilih juga. Saya tidak merasa sebagai siswa paling hebat bu. Namun alangkah lebih baiknya jika perihal beasiswa ini kita adakan seleksi terlebih dahulu disekolah ini. Kita punya banyak siswa berprestasi bu. Kalaupun nanti setelah diseleksi saya tidak lulus saya akan terima, yang penting saya sudah mencoba bu. Bukan apa-apa bu, saya dan mungkin beberapa teman saya yang tidak terpilih punya keinginan besar untuk kuliah bu. Jadi saya rasa keputusan paling tepat adalah sekolah mengadakan seleksi untuk mengirimkan perwakilannya.


Setelah menyampaikan protes ternyata apa yang saya sampaikan benar-benar dipenuhi oleh sekolah. Kami para juara kelas diseleksi untuk diambil 3 terbaik yang akan mewakili sekolah. Dan hasil seleksinya menunjukkan bahwa aku memang layak untuk mewakili sekolah bersama temanku yang juara umum tadi serta satu perwakilan siswa IPS. Setelah mengikuti seleksi di kabupaten ternyata aku juga masuk 5 besar terbaik di kabupaten dan berhak mengikuti inagurasi di provinsi .Saat itu aku berada di peringkat 4 Darmasiswa Chevron Riau 2014 dan berhak mendapat biaya pendidikan sebesar Rp 8.500.000/tahun selama 4 tahun dan sebuah laptop. Dengan uang ini akhirnya aku bisa melanjutkan kuliah.


Ternyata benar, mimpi itu perlahan-lahan akan jadi nyata jika kamu berusaha. Setiap ada usaha Pasti akan ada Jalan. Jangan pernah berhenti bermimpi. Karena Allah selalu mendengar mimpi kita.


Sekalipun kau harus mencari jarum di dalam tumpukan jerami, pasti akan bisa kau dapatkan jika bersungguh-sungguh. 


3 komentar:

  1. gilak, sampai bisik-bisik aku bacanya hahaha. ternyata oh ternyata disekitarku ada banyak orang2 hebat2 yang terlahir dari keluarga yang hebat2 pula. ckckck tulisan hidupmu ini loh randy, menggetarkan bulu hidungku, awesome

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang kamu punya bulu hidung ya rif? haha..
      Mkasih mamen

      Hapus
  2. Fukunda11.10

    wow.. pahit tapi penuh gula

    BalasHapus